LIMA ALASAN MENGAPA SEORANG PENULIS MENGGUNAKAN NAMA PENA
- UK to change extradition deal with the Government of US - August 28, 2022
- A mum’s fight for justice for her son - August 28, 2022
- Disease detectives track an invisible virus - August 28, 2022
Hallo Sahabat Prodigy …
Apakah Anda penulis yang saat ini menggunakan nama pena? Boleh tahu alasannya? Yuk, kita sharing di sini. Mungkin saja satu diantara lima alasan di bawah ini adalah alasan kita mengapa menggunakan nama pena.
Kita tentu sudah sering mendapati seorang penulis menggunakan nama pena. Bahkan mungkin kita sendiri juga saat ini menggunakan nama pena dalam setiap tulisan yang kita hasilkan. Ada yang menggunakan satu nama pena yang sama dalam setiap tulisannya, ada juga yang menggunakan nama pena berlainan untuk jenis tulisan yang berbeda.
Setiap penulis, barangkali juga termasuk kita, tentu memiliki alasan sendiri mengapa memutuskan menggunakan nama pena dalam setiap tulisannya. Bukan karena malu dengan nama aslinya, berikut lima alasan yang membuat kebanyakan penulis memilih menggunakan nama pena ketimbang nama aslinya.
1. Menyembunyikan Identitas
Diakui atau tidak, hingga saat ini, masih ada saja orang yang memandang kegiatan menulis sebagai kegiatan yang cuma membuang-buang waktu. Menulis dianggap kegiatan yang kurang berfaedah, padahal menulis juga termasuk salah satu kegiatan yang bersinggungan dengan intelektualitas.

Coba saja pikir, bahkan untuk bisa menghasilkan satu artikel dengan kualitas yang oke, kita harus benar-benar mengerahkan pengetahuan kita dulu, kan? Tak jarang kita bahkan harus melakukan riset atau wawancara terlebih dahulu. Ada juga yang menganggap bahwa dari segi materi, menulis bukanlah profesi yang menjanjikan.
Pandangan semacam itulah yang kadang memengaruhi sikap orang tua atau keluarga yang cenderung tak merestui atau tak begitu suka dan setuju ketika mendapati salah seorang anggota keluarganya memilih berkecimpung di dunia kepenulisan. Maka jangan heran jika ada penulis yang sengaja menggunakan nama pena untuk menyembunyikan identitas aslinya agar orang tua dan keluarganya tidak ada yang tahu kalau selama ini dia dikenal sebagai seorang penulis.
Ada juga yang memang sengaja menyembunyikan identitasnya karena tak ingin orang lain terlalu mengusik kehidupan pribadinya. Baginya, kehidupan pribadi dengan tulisan-tulisannya sudah sepatutnya dipisahkan. Jika ingin menilai, terlebih mengkritik, cukuplah mengkritik tulisannya. Tak perlu dikaitkan dengan kehidupan pribadinya.
2. Supaya Terdengar Lebih Menjual
Alasan kedua ini sering dikaitkan dengan Personal Branding. Nama seorang penulis dipandang tak kalah penting dengan kualitas tulisan yang dihasilkannya. Memilih nama pena yang menarik dan unik dijadikan pilihan ketika nama aslinya dipandang akan kurang mampu menarik perhatian pembaca.

Sekarang ini penulis tak berbeda jauh dengan entrepreneur. Bahkan ada yang menyebut dirinya sebagai writerpreneur. Dalam artian, seorang penulis tak hanya mampu menghasilkan tulisan dengan kualitas oke, tapi juga harus bisa ‘memasarkan’ tulisannya kepada calon pembaca. Menggunakan nama pena yang menarik dan lebih menjual dianggap salah satu trik “pemasaran” yang cukup berpengaruh untuk menggaet banyak pembaca dan mendongkrak jumlah penjualan buku-bukunya.
3. Menghindari Nama yang Sama Agar tidak Terkesan Pasaran
Berapa milyar manusia yang dilahirkan ke dunia ini setiap harinya? Barangkali tak terhitung. Di antara bayi-bayi yang lahir itu, akan ada berapa banyak bayi yang kemungkinannya diberi nama sama atau setidaknya mirip? Tentu banyak sekali.

Coba saja hitung berapa orang yang memiliki nama Andi atau Susi dalam lingkungan tempat tinggalmu. Meski nama panjangnya berbeda, akan ada saja yang salah satu katanya sama. Misalnya Andi Ramadhan dan Andi Susilo. Sama-sama Andi. Jika ada terlalu banyak nama yang sama begitu, bukan tidak mungkin akan membuat pembaca malah kebingungan.
Maka tak heran jika banyak di antara penulis yang memilih menggunakan nama pena agar namanya tak banyak yang menyamai atau tak terkesan pasaran. Yang memilih menggunakan nama pena dengan alasan semacam ini, biasanya akan memilih nama yang jarang digunakan oleh orang lain atau menggunakan nama yang dipadukan dengan nama asing dan langka. Ada juga yang menggunakan nama pena yang merupakan anagram dari nama aslinya. Alasan kedua ini, jika di dunia entertainment biasa dikenal dengan sebutan nama panggung.
4. Menyesuaikan dengan Genre dan Jenis Tulisan
Kadang, ada juga penulis yang memilih menggunakan nama pena berbeda untuk tulisan dengan genre berbeda. Penggunaan nama pena yang terkesan islami dianggap lebih cocok digunakan ketika penulis tersebut menulis novel-novel religi misalnya. Selain karena alasan kecocokan, penggunaan nama pena yang sengaja disesuaikan dengan genre tulisan yang kelak akan ia hasilkan, juga dianggap jadi salah satu faktor apakah pembaca akan tertarik dengan tulisan-tulisan atau buku-buku yang akan diterbitkannya atau tidak.
Penulis yang biasa menulis buku genre non fiksi ilmiah tentang keilmuan dan buku ajar pendidikan biasanya lebih cenderung menggunakan nama asli, lengkap disertai dengan gelarnya. Namun berbeda dengan penulis yang menulis genre fiksi atau puisi.

5. Biar Lebih Mudah Diingat dan Dikenal
Ada penulis yang sejak dilahirkan diberi nama yang panjang dengan ejaan yang rumit oleh kedua orang tuanya. Apa pun alasan orang tuanya memberikan nama tersebut, memang sudah sepantasnya tetap disyukuri karena barangkali saja di balik nama yang panjang dengan ejaan rumit tersebut justru tersimpan doa dan harapan besar orang tuanya.

Namun, terlepas dari itu, nama panjang tersebut bisa saja malah merepotkan ketika ia menjadi penulis. Namanya membuat pembaca jadi kesulitan mengingatnya. Jangankan pembaca, bahkan dirinya pun mungkin akan selalu mengecek KTP tiap kali harus menuliskan nama lengkapnya.
Tak lagi mau ribet, penulis yang menggunakan nama pena dengan alasan semacam ini biasanya akan cenderung memilih nama pena yang pendek dan mudah diingat. Yang biasanya hanya terdiri dari dua, atau bahkan satu kata, tapi menancap di benak pembaca. Contoh Adityas Viviananda Irawati Pinilih disingkat Viviananda, Agus Rizky Ramadhan diambil Rizky-nya saja atau Muhammad Darwis diganti dengan Tere Liye.
Apa pun alasan seorang penulis menggunakan nama pena tentu tak masalah. Setiap orang memiliki hak untuk memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya, bukan? Buat Anda yang saat ini memang melakoni profesi sebagai penulis dan memilih menggunakan nama pena pada setiap tulisan Anda, adakah di antara kelima alasan tadi yang juga merupakan alasan Anda?
Semoga bermanfaat ya. Salam hangat.
Comments are closed.