Cerbung (Cerita Bersambung)Fiksi

SUAMIMU MENIKMATINYA (Part 2)

Zanti
Follow me
Latest posts by Zanti (see all)

Tak terasa malam begitu cepat berlalu. Suara azan subuh berkumandang. Aku yang tak tidur semalaman dan selalu mengusap kepala anakku, mencoba beranjak dari kasur. Kuambil air wudu, dan menjalankan salat subuh sendiri di kamar. Teringat kenangan dengan suamiku, kami selalu subuh-an berjamaah. Aku menahan tangis dalam salat. Selesai salat, aku berdoa kepada Allah agar diberikan kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan dalam cobaan ini. “Ya Allah, ya Rahman … hanya Kau Tuhanku. Hanya Kau yang tahu takdirku. Sampai saat inipun, aku tak percaya dia setega itu padaku. Berikanlah jalan terbaik. Jika ini cobaan dalam rumah tanggaku maka sabarkanlah aku. Namun, jika ini adalah sifat asli dia maka biarkanlah kami berpisah, karena aku tak kuat menahannya.” Sepenggal doa selesai salat subuh kupanjatkan.

Pelan-pelan, kubuka pintu kamarku. Aku melihat ruang depan yang begitu berantakan, juga suamiku yang tertidur di sofa, bahkan dia belum sempat mandi dan mengganti baju kerjanya. Dengan hati-hati dan pelan-pelan, kubereskan rumah agar dia tak terbangun dan melihatku. Dengan cepat, kusempatkan membuat sarapan untuknya di meja makan. Setelah semua beres, aku langsung memesan taksi online kemudian membopong putriku dan membawa tas besar berisi pakaian kami berdua.

“Maafkan aku, Mas. Sungguh, aku tak tega meninggalkanmu. Namun, ini adalah pelajaran bagimu. Semoga aku bisa menenangkan diri dirumah kedua orang tuaku. Aku pamit,” bisikku sebelum pergi.

*****

Di dalam taksi, anakku terbangun. “Bubu … bubu….” Bicaranya memang belum terlalu lancar.

“Hemmm … anak Ibu udah bangun, nyenyak sekali boboknya, Sayang. Anteng terus Sayangku. Kita mau ke rumah abah sama emak. Nanti gak boleh rewel, ya, di sana,” ucapku menghibur diri.

Baca juga :  SUAMIMU MENIKMATINYA (Part 20)

“Uh … acem. Anak Ibu belum mandi.” Kugoda dia sambil menciumi pipinya. Anakku hanya tertawa geli.

‘Yah… Yah….” ucapnya terbata sembari mengangguk.

“Ayah gak ikut, Sayang. Kita berdua ajah, ya. Gak boleh rewel,” jawabku padanya yang mulai menanyakan ayahnya.

Perjalanan satu setengah jam rasanya begitu lama. Aku turun dari taksionline menuntun anakku ke depan pintu rumah orang tuaku.

“Assalamu’alaikum?”

“Wa’alaikumsalam,” sahut ibuku dari dalam.

“Eh, anakku Aini. Eh, ada cucuku juga Shakila. Ayo masuk, masuk. Kenapa gakbilang-bilang, sih, Nak kalo mau ke sini ? Oh iya, mana suamimu Ridwan? Kok, gak ikut?”

Aku hanya tertunduk dan menahan tangis.

“Pak. Bapak. Sini atuh, ini anak sama cucumu datang.” Ibu beranjak ke belakang dan memanggil bapak.

Masih menahan tangis, aku hanya diam duduk mematung disamping anakku yang memainkan bonekanya.

“Aini, gimana kabarmu? Lho, kok cuma berdua? Mana Ridwan?” sahut bapak dari arah belakang.

“Bapak….” Air mataku jatuh dan aku tersungkur pada kaki bapak.

“Lho, kenapa ini? Kamu kenapa, Nak? Kenapa kamu menangis? Tenangkan dirimu. Ayo, kita duduk dulu.”  Bapak mengajakku duduk.

“Pak, maafkan Aini. Aini pulang ke rumah tanpa Mas Ridwan. Mas Ridwan, Pak. Dia memiliki wanita lain.” Tak tahan menahan tangis, air mataku tumpah begitu saja.

“Tenangkan hatimu, Nak. Coba kita bicarakan baik-baik sama Ridwan. Nanti Bapak telpon dia.”

“Jangan, Pak. Sementara waktu, aku tak ingin bertemu dengannya. Aku ingin menenangkan pikiranku terlebih dahulu di sini.”

“Baiklah.Kalo begitu, kamu tenang dulu, istirahat dulu. Matamu coba lihat, sepertinya kamu belum tidur,” sahut ibu.

“Baik, Bu. Aku ke kamar dulu bersama Shakila.”

Terdengar dari kamar, kedua orang tuaku sedang berunding mencari jalan keluar terbaik untuk rumah tanggaku. Lalu, aku memandikan Shakila dan beristirahat didalam kamar.

~ Ibu jangan menangis. Aku tahu lukamu, bertahanlah. Tangan kecilku akan menggenggam air matamu. Takkan kubiarkan jatuh ~


Apakah benar Ridwan selingkuh?
Lalu, siapa Irma?
Selanjutnya, akan ada momen Ridwan angkat bicara

Bersambung …


Tulisan ini telah lulus review oleh editor dan layak publish.
Copyright © Al Right Reserved 2020
Writing Prodigy Academy

Zanti

Zanti, lahir di Kuningan Jawa barat 23 Desember 1997. Seorang gadis sederhana yang memiliki seribu hayalan tentang kehidupan dan mencoba menulisnya dalam satu rangkayan cerita.

Comments are closed.